MAKALAH
PESTISIDA DAN APLIKASI
DENGAN MATERI
“TOKSISITAS
PESTISIDA”
PENYUSUN:
RUDIAS
19081140713302
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
POSO
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Berkat, Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ” Makalah Pestisida Dan Aplikasi” Dengan Materi Dengan Materi “Toksisitas Pestisida”, tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tuntasnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya. Besar harapan penulis kiranya makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan.
Menyadari sepenuhnya akan kekurangan yang terjadi dalam makalah ini,
penulis senantiasa mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun,
dan akan meninjau lebih lanjut mengenai isi makalah ini, serta untuk
kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.
Poso,
Februari 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
PENGERTIAN
TOKSISITAS PESTISIDA................................................................ 2
PENGGOLONGAN MENURUT ASAL
DAN SIFAT KIMIA....................................... 3
CARA MASUK INSEKTISIDA KE DALAM TUBUH SERANGGA............................... 3
JENIS RACUN PESTISIDA..................................................................................
4
FORMULASI PESTISIDA....................................................................................
4
CARA KERJA RACUN ........................................................................................ 4
TANDA DAN GEJALA
KERACUNAN PESTISIDA .................................................. 6
PARAMETER YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENILAI EFEK PERACUNAN
PESTISIDA....................................................................................................... 8
PENGOBATAN................................................................................................. 10
PENCEGAHAN........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 12
Bab I
PENDAHULUAN
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan
untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang
diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide
berarti membunuh.
Dalam
praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur
minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah dalam
pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai
pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon)
untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.
Berikut ini bebebrapa pengenggolongan pestisida menurut jasad
sasaran:
§
Insektisida,
racun serangga (insekta)
§
Fungisida, racun
cendawan / jamur
§
Herbisida, racun
gulma / tumbuhan pengganggu
§
Akarisida, racun
tungau dan caplak (Acarina)
§
Rodentisida,
racun binatang pengerat (tikus dsb.)
§
Nematisida, racun
nematoda, dst.
Bab II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN TOKSISITAS PESTISIDA
Tosisitas (toxisity) atau daya racun adalah sifat
bawaan pestisida yang menggambar potensi pestisida untuk menimbulkan kematian
langsung (atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia.
Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik, dan tosisitas
subkronik. Toksisitas akut merupakan pengaruh merugikan yang timbul segera
setelah pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis
ganda pada waktu kurang lebih 24 jam. Toksisitas akut dinyatakan dalam angka LD50, yaitu dosisi yang bisa mematikan (lethal
dose) 50% dari binatang uji (umumnya tikus, kecuali dinyatakan lain) yang dihitung dalam
mg/kg berat badan. Angka LD50 diturunkan secara statistik dari
serangkaian percobaan, yang kondisinya telah ditentukan, terhadap hewan uji
(Anonim, 2001). LD50 merupakan indikator daya racun yang utama, disamping indikator
lain. Dibedakan antara LD50 oral (lewat mulut) dan LD50 (lewat kulit). LD50 oral adalah potensi
kematian yang terjadi terhadap hewan uji jika senyawa kimia tersebut termakan;
sedangkan LD50 dermal
adalah potensi kematian jika hewan uji kontak langsung lewat kulit dengan racun
tersebut.
Oral LD50 dari bebrapa bahan
aktif pertanian
Bahan Aktif
|
Jenis
|
Hewan Uji
|
J/B
|
Oral LD50
(mg/kg berat
badan
|
Asefat
|
Insektisida
|
Mencit
Tikus
|
|
361
945
|
Klorpirifos
|
Insektisida
|
Mencit
|
|
102
|
Paration
|
Insektisida
|
Tikus
Tikus
|
J
B
|
13
3,6
|
Karbaril
|
Insektisida
|
Mencit
|
|
438
|
Fenobukarb
|
Insektisida
|
Mencit
Mencit
Tikus
Tikus
|
J
B
J
B
|
182
172,8
623
657
|
Pirimikarb
|
Insektisida
|
Mencit
Tikus
|
B
B
|
107
147
|
Endosulfan
|
Insektisida
|
Tikus
|
|
40 – 60
|
Kaptafol
|
Fungisida
|
Tikus
|
|
2500 – 6200
|
Captan
|
Fungisida
|
Tikus
|
|
9000
|
Kloratalonil
|
Fungisida
|
Tikus
|
J
|
10000
|
Tembaga hidriksida
|
Fungisida
|
Mencit
Tikus
|
|
1500
1400
|
2,4-D
|
Herbisida
|
Mencit
|
|
560 – 580
|
Diquat
|
Herbisida
|
Mencit
Tikus
|
|
233
431
|
MCPA
|
Herbisida
|
Mencit
|
|
560 – 1290
|
Sumber Anonim (1986); Management
Of Pesticide Poisonings Symtom & Treatment
Catatan: J : Jantan
B : Betina
PENGGOLONGAN
MENURUT ASAL DAN SIFAT KIMIA
1. Sintetik
a. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat,
flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.
b. Organik :
·
Organo khlorin :
DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
·
Heterosiklik :
Kepone, mirex dll.
·
Organofosfat :
malathion, biothion dll.
·
Karbamat :
Furadan, Sevin dll.
·
Dinitrofenol :
Dinex dll.
·
Thiosianat :
lethane dll.
·
Sulfonat,
sulfida, sulfon.
·
Lain-lain :
methylbromida dll.
2.
Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
CARA MASUK INSEKTISIDA KE DALAM TUBUH
SERANGGA
·
Melalui dinding
badan, kulit (kutikel)
§
Melalui mulut dan
saluran makanan (racun perut)
§
Melalui jalan
napas (spirakel) misalnya dengan
fumigan.
JENIS RACUN
PESTISIDA
Dari
segi racunnya pestisida dapat dibedakan atas:
§
Racun sistemik,
artinya dapat diserap melalui sistem organisme misalnya melalui akar atau daun
kemudian diserap ke dalam jaringan tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan
oleh hama sehingga mengakibatkan peracunan bagi hama.
§
Racun
kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat pemberian insektisida
atau dapat pula serangga target kemudian kena sisa insektisida (residu)
insektisida beberapa waktu setelah penyemprotan
FORMULASI PESTISIDA
pada
umumnya adalah dalam bentuk:
1. Untuk Penyemprotan (sprays) dan
pencelupan (dipping)
a. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)
b. Water miscible liquids (S)
·
Water soluble
concentrates (WSC)
·
Soluble
concentrates (SC)
c. Wettable powder (WP)
d. Flowable suspension (F)
e. Water soluble powders (SP)
f. Ultra Low Volume Concentrates (ULV)
2.
Dalam bentuk Dusts (D)
CARA KERJA
RACUN
1.
Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam berat, arsenat dll.
2.
Racun syaraf :
§ Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam
neuron (sel syaraf) dan merusak selubung syaraf : DDT dan OK lainnya
§ Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai acethylcholine
yaitu Choline Esterase) : semua OF dan KB
3.
Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah dll.
HASIL ANALISA
RESIDU PESTISIDA
No
|
Komoditas
|
Asal Contoh
|
Hasil Analisa (mg/kg)
|
1
|
Pakcoy
|
Kec. : Cicendo, Kota : Bandung
|
0,28802
|
2
|
Cabai merah
|
Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur
|
1,59125
|
3
|
Cabai keriting
|
Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur
|
0,67074
|
4
|
Buncis
|
0,56279
|
|
5
|
Sawi putih
|
Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur
|
0,08738
|
6
|
Cabai rawit
|
0,58066
|
|
7
|
Tomat
|
Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur
|
0,53708
|
8
|
Bayam
|
Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur
|
0,00166
|
9
|
Sawi hijau
|
Tidak terdeteksi dengan
Batas Penetapan (BP) 0,001
|
HASIL ANALISA
RESIDU PESTISIDA PADA BUAH-BUAHAN
No.
|
Komoditas
|
Asal
Contoh
|
Hasil
Analisa (mg/kg)
|
1
|
Pir
sandong
|
Kelurahan Mulyaraya,
Kec. Kawaluyaan,
Kota Bandung
|
0,08956
|
2
|
Pir yali
|
Kel. Cicendo, Kec. Cicendo, Kota Bandung
|
0,00195
|
3
|
Apel
merah
|
0,00312
|
|
4
|
Jeruk
murkot
|
Tidak terdeteksi
dengan
Batas
Penetapan (BP) 0,001
|
|
5
|
Semangka
|
0,01537
|
|
6
|
Strawberi
|
Desa
Cibodas, Kamp. Cibeuying, Kec. Lembang
|
0,15419
|
7
|
Manggis
|
Mengandung
kadar
gula = 5,40 %,
serat
kasar = 45 %,
air =
78,26 %,
pati =
0,24 %,
Vit.C =
0,22 %
|
TANDA DAN GEJALA
KERACUNAN PESTISIDA
a. Pestisida
Golongan Organoklor ( Dicofan 460 EC ; Keltane 250 EC )
Pestisida golongan organoklor bekerja mempengaruhi
sistem syaraf pusat. Tanda dan gejala keracunan pestisida organoklor dapat
berupa sakit kepala, rasa pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah,
gugup, gemetar, kejang-kejang dan kesadaran hilang.
b. Pestisida
Golongan Organofostat ( Basta 150 EC ; Eagle 480 AS )
·
Apabila masuk
kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut dan saluran pernafasan maupun saluran
pencernaan, pestisida golongan organofosfat akan berikatan dengan enzim dalam
darah yang berfungsi mengatur bekerjanya saraf, yaitu kholonesterase. Apabila
kholonesterase terikat, maka enzim tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya
sehingga syaraf terus-menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu.
Dalam keadaan demikian otot-otot tersebut senantiasa bergerak tanpa dapat
dikendalikan.
§ Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-otot
tertentu, tanda dan gejala lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah
pupil atau celah iris mata menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata
berair, mulut berbusa atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa
pusing, berkeringat banyak, detak jantung yang cepat, mual, muntah-muntah,
kejang pada perut, mencret, sukar bernafas, otot-otot tidak dapat digerakkan
atau lumpuh dan pingsan.
c. Pestisida Golongan Karbamat ( Sevin 85 S ; Darmafur
3 G )
§ Cara kerja pestisida Karbamat sama dengan pestisida
organofosfat, yaitu menghambat enzim kholonesterase. Tetapi pengaruh pestisida
Karbamat terhadap kholonesterase hanya berlangsung singkat karena pestisida
Karbamat cepat mengurai dalam tubuh.
d. Pestisida Golongan Senyawa / dipiridil ( Top Star
300 EW )
§ Senyawa dipirindi dapat membentuk ikatan dan merusak
jaringan epithel dari kulit, kuku, saluran pernafasan dan saluran pencernaan,
sedangkan larutan yang pekat dapat menyebabkan peradangan.
§ Tanda dan gejala keracunan senyawa dipirindil selalu
terlambat diketahui atau disadari karena gejala baru timbul setelah beberapa
lama, 24-72 jam setelah keracunan baru terlihat gejala yang ringan seperti
sakit perut, mual, muntah, dan diare karena ada iritasi pada saluran
pencernaan, 48-72 jam baru timbul gejala-gejala kerusakan ginjal seperti
albunuria, proteinnura, haematuria dan peningkatan kretanin lever, 72 jam-24
hari, tanda-tanda kerusakan pada paru-paru.
e. Pestisida
Golongan Arsen ( Score 250 EC )
§ Keracunan pestisida Arsen pada umumnya melalui mulut
walaupun bisa juga diserap melalui kulit dan saluran pencernaan.
§ Tanda dan gejala keracunan akut pestisida golongan
Arsen adalah nyeri pada perut, muntah, dan diare, sedang keracunan sub akut
akan timbul gejala seperti sakit kepala, pusing dan banyak keluar ludah.
Tabel : Efek muskarinik,
nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.
No.
|
Efek
|
Gejala
|
1.
|
Muskarinik
|
§ Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
§ Kejang perut
§ Nausea dan vomitus
§ Bradicardia
§ Miosis
§ Berkeringat
|
2.
|
Nikotinik
|
§ Pegal-pegal, lemah
§ Tremor
§ Paralysis
§ Dyspnea
§ Tachicardia
|
1.
|
Sistem saraf pusat
|
§ Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
§ Sakit kepalaEmosi tidak stabil
§ Bicara terbata-bata
§ Kelemahan umumConvuls
§ Depresi respiras dan gangguan jantung
§ Koma
|
Semua senyawa OF
(organofosfat, organophospates) dan KB (karbamat, carbamates)
bersifat perintang ChE (ensim choline esterase), ensim yang berperan dalam
penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat
terjadi karena gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan
kematian atau dapat pulih kembali. Umur residu dari OF dan KB ini tidak
berlangsung lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak
terjadi karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-senyawa OF
dan KB menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun demikian senyawa ini
merupakan racun akut sehingga dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat
perlu diperhatikan. Karena bahaya yang ditimbulkannya dalam lingkungan hidup
tidak berlangsung lama, sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang
digunakan saat ini adalah dari golongan OF dan KB.
PARAMETER YANG DIGUNAKAN UNTUK MENILAI EFEK PERACUNAN PESTISIDA
§ nilai LD50 (lethal dose 50 %)
§ menunjukkan banyaknya pestisida dalam miligram (mg)
untuk tiap kilogram (kg) berat seekor binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor
binatang sejenis dari antara 100 ekor yang diberi dose tersebut.
§ Yang perlu
diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral (termakan) dan LD50
akut dermal (terserap kulit).
§ Nilai-nilai LD50 diperoleh dari
percobaan-percobaan dengan tikus putih.
§ Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000)
menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi
manusia.
§ LD50 yang
rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.
LD50
(mg/Kg) PESTISIDA
|
NILAI LD50
INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT
Komponen
|
LD50 (mg/Kg)
|
Akton
Coroxon
Diazinon
Dichlorovos
Ethion
Malathion
Mecarban
Methyl parathion
Parathion
Sevin
Systox
TEPP
|
146
12
100
56
27
1375
36
10
3
274
2,5
1
|
LC50
(ppb) PESTISIDA PADA MH
|
PENGOBATAN
engobatan keracunan pestisida ini harus cepat
dilakukan terutama untuk toksisitas organophosphat. Bila dilakukan terlambat
dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian.
§
Diagnosis
keracunan dilakukan berdasarkan
terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling
berhubungan.
§
Pada keracunan
yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus
diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal, kercaunan mesti terjadi dan
gejala segera timbul.
§
Pengobatan dengan
pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan biasanya diberikan setiap jam
dari 25-50 mg. Atrophin akan memblok efek muskarinik dan beberapa pusat
reseptor muskarinik.
§
Pralidoxim
(2-PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat. Obat
tersebut dijual secara komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin.
PENCEGAHAN
Cara-cara
pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada pekerja-pekerja
pertanian,
perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan pestisida :
1. Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda,
sebaiknya
tertutup dan
dalam lemari terkunci.
2. Campuran
pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat
makanan.
Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tandatanda
harus jelas
juga untuk mereka yang buta huruf.
3. Tempat-tempat
bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar agar
sisa pestisida
musnah sama sekali.
4. Penyimpanan
di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di botolbotol,
5. Sangat besar bahayanya.
b. Pemakaian alat-alat pelindung :
1. Pakailah
masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan
pencampuran
kering bahan-bahan beracun.
2. Pakailah
pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari neopren,
jika pekerjaan
dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyak
atau
pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci
sempurna
sebelum makan.
3. Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan
selama
menyiapkan dan
menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit atau
paru-paru
mungkin kontak dengan bahan tersebut.
c. Cara-cara pencegahan lainnya :
1. Selalu
menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan,
sehingga
terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Hindarkan
waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan
penguap termis,
juga alat demikian tidak boleh digunakan di tempat kediaman
penduduk atau
di tempat pengolahan bahan makanan.
3. Janganlah
disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan
bersentuhan
dengannya.
DAFTAR PUSTAKA
Panut Djojosumarto, “Pestisida & Aplikasinya”,
AgroMedia Pustaka, 2008.
Halinda Sari Lubis, “Deteksi Dini Dan
Penatalaksanaan Keracunan Pestisida Golongan Organofosfat Pada Tenaga Kerja”, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Universitas
Sumatera Utara, 2002.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar